Kamis, 17 Desember 2015



KEPUTIHAN PADA WANITA



sumber:
https://www.google.com/search?q=keputihan+pada+wanita&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiZs-rV6

Keputihan adalah cairan vagina yang berwarna putih atau keabu-abuan, yang melekat pada dinding vagina (Daili dkk,2011). Keputihan bisa bersifat fisologis (dalam keadaan normal) namun bisa juga bersifat patologis (karena penyakit). Keputihan fisiologis biasanya terjadi di antara waktu haid, dimana sel-sel pada leher rahim dan vagina mengeluarkan lendir yang lengket dan halus. Keputihan patologis adalah keputihan yang bisa disebabkan karena penyakit, biasanya karena infeksi dari bakteri, jamur atau protozoa (Aizid, 2012).
Leucorhea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat- alat genital yang  tidak berupa darah. Mungkin leucorrhea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita  ginekologik; adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya. Dapat dibedakan antara leukorea yang fisiologik dan leukorea yang patologik. Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedang pada leukorea patologik terdapat banyak leukosit. Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva,vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik (Prawirohardjo S,dkk, 2007)
Leukorrheas dibedakan menurut situs asal mereka. Leukorrhea vestibular, yang muncul di ruang depan vagina, yang paling sering diamati pada anak perempuan muda dengan berbagai bentuk vulvitis. Leukorrhea vestibular dapat terjadi pada orang dewasa ketika aturan kebersihan pribadi tidak diamati; itu juga dapat terjadi pada proses ulseratif dan diabetes mellitus. Paling sering diamati adalah leukorrheas vagina yang disebabkan oleh proses inflamasi pada vagina-vaginitis, yang sering dikaitkan dengan kasus trikomoniasis yang disebabkan oleh infeksi jamur (mikroorganisme ragi) atau dengan radang nonspesifik vagina yang disebabkan oleh streptokokus, basil usus, dan staphylococci. Leukorrhea serviks, yang muncul di leher rahim, muncul dalam kasus akut dan kronis gonore, kanker, poliposis, dan sebagainya. Leukorrhea rahim jarang (ditemukan dalam kasus endometritis). Leukorrhea Salpingiar adalah bentuk yang jarang yang muncul di saluran tuba sebagai akibat dari peradangan mereka. Hal ini ditandai dengan debit sebesar-besarnya periodik cairan purulen
Menurut penelitian Sherrard, dkk (2011) yang berjudul “European (IUSTI/WHO) Guideline on the Management of Vaginal Discharge”, tiga infeksi umum yang terkait dengan keputihan yakni vaginosis bacteri, tricomoniasis, dan candidiasis, keputihan bisa disebabkan oleh berbagai kondisi lain yakni fisiologis dan patologis. Vaginosis bakteri (BV) adalah penyebab paling umum dari keputihan abnormal. Kejadian keputihan pada wanita Asia sekitar 20-30%, pada Negara Afrika dan Amerika kejadian keputihan sekitar 45-55% .
     Di Indonesia wanita yang mengalami keputihan ini sangat besar, 75% wanita Indonesia pasti mengalami keputihan minimal satu kali seumur hidupnya, banyaknya kasus keputihan terjadi di Indonesia karenaa Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah berkembang (Anurogo, 2011).
Menurut data yang didapatkan dari SKRRI pada tahun 2007 dalam 12 bulan terakhir menunjukkan pada wanita umur 15-24 tahun tersebut cukup banyak yaitu 31.8%. Ini menunjukkan remaja puteri mempunyai resiko lebih tinggi terhadap infeksi atau keputihan patologis. Sedangkan berdasarkan data statistik di Indonesia pada tahun 2008, dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat, yang merupakan salah satu penyebab terjadinya keputihan.

FAKTOR PENYEBAB KEPUTIHAN
  • Adapun beberapa penyebab Keputihan antara lain :
a. Infeksi vagina oleh jamur (Candida albicans) atau parasit (Tricomonas)
  • Jenis infeksi yang terjadi pada vagina yakni, bacterial vaginosis, trikomonas, dan candidiasis. Bakterial vaginosis merupakan gangguan vagina yang sering terjadi ditandai dengan keputihan dan bau tak sdap. Hal ini di sebabkan oleh lactobacillus menurun, bakteri patogen (penyebab infeksi) meningkat, dan pH vagina meningkat.
b. Faktor Hygiene yang jelek
  • Kebersihan daerah vagina yang jelek dapat menyebabkan timbulnya keputihan. Hal ini terjadi karena kelembaban vagina yang meningkat sehingga bakteri patogen penyebab infeksi mudah menyebar.
c. Pemakaian obat-obatan (Antibiotik, Kortikosteroid, dan Pil KB) dalam waktu lama.
  • Karena pemakaian obat- obatan khususnya anti biotik yang terlalu lama dapat menimbulkan sistem imuitas dalam tubuh. Sedangkan penggunaan KB mempengaruhi keseimbangan hormonal wanita. Biasanya pada wanita yang mengkonsumsi antibiotik timbul keputihan.
d. Stress
  • Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor otak mengalami stress maka hormonal di dalam tubuh mengalami perubahan keseimbangan dan dapat menyebabkan timbulnya keputihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwantyastuti (2004) yang mengatakan bahwa wanita bisa mengalami gangguan siklus menstruasi / keputihan yang disebabkan oleh stress.
  • Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang dimasukkan secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina, seperti tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan, benang yang berasal dari selimut, celana dan lainnya. Bisa juga karena luka seperti tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama. Karena keputihan, seorang ibu bahkan bisa kehilangan bayinya. (Suryana, 2009)

    Menurut Studi Tentang PENGETAHUAN DAN INFORMASI PSIKOLOGI,MASALAH FISIOLOGIS DAN Ginekologi ANTARA siswi REMAJA DARI TIMUR INDIA Penyebab psikogenik keputihan karena kekhawatiran, kecemasan, kerja paksa, dan Pekerjaan perempuan yang melayani sepanjang hari, Tanpa pemenuhan juga dapat menyebabkan keputihan yang kronis. Ini mungkin tampak aneh, Meskipun sekarang yakin bahwa gangguan emosional mempengaruhi hipotalamus, yang pada gilirannya mengganggu fungsi gonadotrophic dari kelenjar pituitari, Begitu banyak sehingga bahkan ovulasi telah disebabkan oleh stres mental dan situasi emosional. Mengingat hubungan erat antara hipofisis, fungsi ovarium, deposisi glikogen dan nilai PH flora vagina, Teori Hormonal juga tampaknya menjadi penyebabnya.Baru-baru ini, faktor endocrinal telah diberi banyak keunggulan sebagai kemungkinan penyebab keputihan seperti yang jelas oleh fakta bahwa erosi non-infektif adalah karena kelebihan oestrin dalam sistem..
  Kesalahan dalam diet, penggunaan berlebihan stimulan, misalnya, teh, kopi, alkohol, merokok, semua hal ini telah diusulkan untuk menyebabkan keputihan tampaknya menjadi mungkin karena penyerapan zat beracun atau dengan stimulasi mekanisme saraf kelenjar menyebabkan hormonal ketidakseimbangan. Hal ini juga menyarankan bahwa diet yang salah dan kekurangan atau Malabsorpsi parah selain menyebabkan kekurangan gizi dan kelemahan menekan aktivitas kelenjar pituitari memproduksi hormon gangguan, atau diet kekurangan dapat menghilangkan kelenjar bahan baku dari mana hormon yang diproduksi.Kondisi Akhirnya, penyebab konstitusional keputihan termasuk lemah karena anemia, tuberkulosis, dll
         
        StudiV .A.POKROVSKII Mengatakan
penyebab leukorea dikondisikan oleh usia dan negara hormonal tubuh wanita. Pada anak-anak itu disebabkan oleh bakteri usus, streptokokus (setelah demam berdarah), dan gonokokus. Pada wanita muda, leukorrhea disebabkan oleh gangguan hormonal. Dengan awal aktivitas seksual, leukorrhea mungkin disebabkan oleh trikomoniasis atau gonore. Selama menopause, yang disebut pikun vaginitis sering terjadi, disertai dengan leukorrhea; hal ini terkait dengan atrofi selaput lendir vagina dan kerentanan vagina untuk cedera.
Tindakan pencegahan termasuk pemeriksaan berkala untuk gejala penyakit ginekologi, penyediaan kamar kebersihan pribadi bagi perempuan di tempat kerja, dan langkah-langkah perlindungan tenaga kerja.

      Des Spence, dan Catriona Melville, Mengatakan  Penyebab keputihan:
1. Non-infektif Fisiologis ektopi serviks dermatitis vulva.
2. Non-seksual infeksi menular vaginosis bakteri infeksi Candida
3. Infeksi menular seksual Chlamydia trachomatis Neisseria gonorrhoeae Trichomonas vaginalis

Pengobatan infeksi vagina
Vaginosis bakteri
Metronidazol 2 g sebagai dosis tunggal, metronidazol 400-500 mg dua kali sehari selama lima sampai tujuh hari, intravaginal klindamisin krim (2%) sekali sehari selama tujuh hari, atau intravaginal metronidazol gel (0,75%) sekali sehari selama lima days4 Infeksi sering berulang dan jelly vagina asam (seperti Relact dari Kora Healthcare) dapat mengurangi rates27 kambuh Pemberitahuan pasangan tidak diperlukan
Kandidiasis vulvovaginal Persiapan imidazole vagina (seperti clotrimazole, ekonazol, persiapan miconazole-berbagai tersedia termasuk yang dosis tunggal), atau flukonazol 150 mg orally8  Peran pengobatan alternatif seperti minyak pohon teh dan yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus belum evaluated9 Oral dibandingkan pengobatan vagina tergantung pada preferensi Pengobatan untuk kandidiasis tersedia di atas meja di Inggris Pemberitahuan pasangan tidak diperlukan

Chlamydia trachomatis

    Doksisiklin 100 mg dua kali sehari selama tujuh hari (kontraindikasi pada kehamilan), azitromisin 1 g secara oral dalam dosis tunggal (WHO merekomendasikan azitromisin pada kehamilan tetapi British National formularium menyarankan terhadap penggunaannya kecuali ada alternatif yang tersedia) 13
    Tes penyembuhan tidak indicated13
    Pemberitahuan mitra diperlukan

Gonorea

    Cefixime 400 mg sebagai dosis tunggal atau ceftriaxone 250 mg intramuskuler sebagai dose16 tunggal
    Rujukan ke unit medis genitourinary didorong karena adanya strain resisten dari organism16 yang
    Sebuah tes penyembuhan tidak rutin diindikasikan jika antibiotik tepat sensitif telah diberikan, gejala telah diselesaikan, dan tidak ada risiko reinfection16
    Pemberitahuan mitra diperlukan

Trichomonas vaginalis

    Metronidazol 2 g secara oral dalam dosis tunggal atau metronidazole 400-500 mg dua kali sehari selama 5-7 days17
    Pemberitahuan mitra diperlukan



 CARA MENGATASI KEPUTIHAN

a. Tanpa Obat
  1. Menjaga agar daerah genetalia senantiasa bersih serta memperhatikan sabun yang di gunakan sebaiknya sabun yang tidak berparfum
  2. Hindari mandi dengan berendam
  3. Menggunakan celana dalam dari bahan katun, tidak menggunakan celana dalam yang ketat.
  4. Menghindari beraktivitas yang terlalu lelah, panas dan keringat yang berlebih.
  5. Liburan untuk mengurangi stress karena stress merupakan suatu faktor timbulnya keputihan.
b. Dengan obat
  • Konsultasi dengan dokter karena dokter akan memberikan obat-obatan sesuai dengan jenis keputihan yang di alami. keputihan yang tidak normal harus segera mendapatkan pengobatan media. Dan yang terpenting bila suatu keputihan yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa (antibiotika dan anti jamur) harus dipikirkan keputihan tersebut disebabkan oleh suatu penyakit keganasan seperti kanker leher rahim. Ini biasanya ditandai dengan cairan banyak, bau busuk, sering disertai darah tak segar. (Blankast, 2008 )

Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting  yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Remaja yang kelak akan  menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima, sehingga yang sehat (Proverawati, 2009).
Menurut Agustini (2007) salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja
khususnya wanita yang sering dikeluhkan adalah keputihan. Sering kali keputihan
dapat mengganggu hingga menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktifitas sehari-
hari.Keputihan dapat berupa fisiologis(normal) dan patologis (tidak normal).
Dalam keadaan normal, vagina akan menghasilkan cairan yang tidak berwarna
(bening), tidak berbau dan dalam jumlahnya tidak terlalu banyak, tanpa rasa panas atau nyeri. Sedangkan keputihan tidak normal akan sebaliknya, biasanya berwarna kuning, hijau atau keabu-abuan, berbau amis atau busuk, jumlahnya banyak dan di sertai gatal dan rasa panas atau nyeri pada daerah vagina (Agustini, 2007). Berdasarkan data statistik Indonesia tahun 2012 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun di Indonesia berperilaku tidak sehat. Remaja putri Indonesia dari 23 juta jiwa berusia 15-24 tahun 83,3% pernah berhubungan seksual, yang merupakan salah satu penyebab terjadinya keputihan (Fauziah, 2012). Personal hygieneatau kebersihan diri adalah suatu usaha kesehatan perorangan untuk dapat memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan mempertinggi nilai-nilai kesehatan serta mencegah timbulnya penyakit Personal hygienemeliputi kebersihan badan, tangan, kulit / kuku, gigi dan rambut (Wijaya, 2011).
. Penyediaan media informasikesehatan berupa stiker atau posteryang dipasang di majalah
dinding atau papan informasisekolah sehingga dapatmengingatkan siswi-siswi yang adamengenai pentingnya menjagakesehatan reproduksi.Pengaktifan kembali Unit Kesehatan
Sekolah (UKS) agar supayadapat menunjang kegiatankegiatanpromosi kesehatan yangakan dilaksanakan




DAFTAR PUSTAKA

  1. Blankast, Ariev. (2008). Mengatasi Keputihan dengan Herbal, http://gealgeol.com/2008/08/27/agar-keputihan-tak-berulang.html. di akses 20 Mei 2009
  2. Handayani, Tri Asih. (2008). Memberantas dan mengobati keputihan, http://sangwanita.blogspot.com. Di akses 16 Mei 2009
  3. Kartono, (2006). Perilaku Manusia. PT Refika Aditama. Bandung
  4. Kusumawati, (2008). Kehamilan dan persalinan. TUGU PUBLISER.Yogyakarta. Majalah Kesehatan Keluarga edisi desember 2007
  5. Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta. Media Aculapius.
  6. Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
  7. Narbuko,Kholid. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta. Bumi Aksara
  8. Notoatmodjo,Soekidjo Dr Prof. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta.
  9. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
  10. Ocvyanti, Dwiana. (2009). Dunia Bunda. www. Dunia bunda.com. di akses15 Mei 2009
  11. Prawirohardjo, Sarwono. (2005).Ilmu Kandungan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
  12. Prawirohardjo,Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
  13. Purwantiastuti, (2004). Penyakit terapi dan obatnya. Intisari Mediatama.
  14. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta. Graha Ilmu.
  15. Suryana, Hadi. (2009). Keputihan_dapat_sebabkan_keguguran, Http ://lifestyle. Okezone. Come / read/2009/01/20/27/184444/27. di akses 23 Mei 200